Senin, 30 Januari 2017

5 Prinsip Warren Buffett yang Sering Diabaikan Kebanyakan Investor

Dalam artikel sebelumnya, Penulis mengatakan bahwa Warren Buffett memiliki prinsip-prinsip sederhana, yang seringkali Penulis sendiri abaikan pada awal-awal berinvestasi di saham. Sebenarnya ada lebih banyak prinsip Warren Buffet dalam berinvestasi, namun Penulis pilihkan yang relevan dengan kebanyakan investor saat ini :

1. Takutlah Saat Orang Lain Tamak, dan Tamaklah Saat Orang Lain Takut.
Pasar saham selalu dipengaruhi oleh emosi yang sangat kuat akan ketamakan dan ketakutan. Warren Buffett sering memanfaatkan munculnya emosi yang mudah menular ini dengan bertindak berlawanan dengan sentimen yang sedang berkembang. Jika kebanyakan investor tamak, Buffett menjadi “penakut” atau setidaknya sangat konservatif. Sebaliknya, jika kebanyakan investor ketakutan, Buffett menjadi “tamak” atau menjadi lebih agresif.

Pada tahun 1960-an, pasar saham mulai melonjak tinggi di mana harga-harga menjulang dan volume membumbung tinggi. Banyak orang menjadi sangat bergairah di pasar saham dan hal tersebut berperan besar dalam menaikkan harga saham. Seperti balon yang sedang ditiup, banyak orang yang ingin turut memompakan udara panas ke dalamnya. Dalam situasi ini, Buffett tidak akan melakukan investasi, Karena harga saham naik secara irasional dan dihargai berlipat-lipat dari nilai actual fundamental bisnisnya. Pada awal 1970 an, terjadi peristiwa penurunan pasar yang sangat signifikan. Dow Jones menukik tajam hingga menembus poin di bawah 700. Saat itulah, Buffett mulai banyak membeli.

2. Putuskan Sendiri Investasi Anda
Warren Buffett yakin bahwa orang kebanyakan bisa meraih kesuksesan dalam berinvestasi tanpa harus mengandalkan pialang, pakar pasar modal, atau para professional lainnya. Dan Buffett melangkah lebih jauh lagi. Menurutnya, pada umumnya orang-orang yang dianggap pakar ini tidak banyak gunanya. Apa pun klaim mereka atas apa yang bisa mereka lakukan, Anda mampu melakukannya lebih baik untuk diri sendiri.

Penghasilan pialang didasarkan pada banyaknya aktivitas, komisi dihasilkan dari aktivitas pembelian dan penjualan saham. Secara logis, pialang biasanya tidak mendapatkan penghasilan bila klien mereka menahan sahamnya untuk jangka waktu yang lama. Aktivitas itulah yang sering kali menjadi perhatian utama seorang pialang. Pialang dibayar berdasarkan jumlah transaksi yang dilakukan oleh investor, tidak pedulu apakah investasi tersebut merupakan langkah yang bijak atau tidak.

Kebanyakan professional bidang keuangan memang meyakini praktik dan formula yang telah mereka kuasai dengan susah payah dalam waktu yang lama. Banyak professional ini kemudian mengabaikan praktik investasi nilai (value investing). Seperti hal nya Buffett, Anda dapat menghasilkan uang melalui investasi nilai. Ingatlah bahwa tidak seorang pun mempunyai riwayat investasi sebaik Buffett.

3. Jangan Melihat Ticker
Tickers hanya menunjukkan harga. Investasi tidak sekedar mengenai harga. Apakah investor terbesar dunia memiliki ticker (alat yang menampilkan harga saham dan informasi pasar lainnya)? Tidak. Jadi bagaimana Warren Buffett mengamati pergerakan harga saham harian atau per jam? Dia tidak melakukannya. Bagaimana dengan pergerakan bulanan? Dia juga tidak tertarik sama sekali.

Coba bandingkan hal ini dengan kantor broker atau program berita keuangan di TV, yang layarnya terus-menerus menampilkan pergerakan harga, angka, dan decimal. Banyak investor yang mengamati pergerakan harga ini detik demi detik seolah-olah hidup mereka tergantung pada pergerakan itu. Warren Buffett tidak pernah menggubris selisih harga dalam jangka pendek. Jika seseorang memiliki saham dalam bisnis yang hebat, maka jangka pendek bukanlah hal yang penting, dan jangka panjang akan teratasi dengan sendirinya. Satu-satunya pengecualian dalam hal ini adalah jika harga turun secara signifikan, menawarkan Buffett peluang untuk membeli lebih banyak saham pada harga rendah.

Bagi Buffett, ia hanya peduli pada seberapa bagus fundamental bisnis tersebut. Dia berfokus pada nilai bisnis dan prospek masa depan, bukan pada harga saham. Namun bagi kebanyakan investor, yang dipedulikan adalah memeriksa harga dan volume transaksi harian. Itu adalah resep untuk membuat Anda pusing dan stress, bukan resep untuk sukses berinvestasi. Memeriksa harga saham setiap hari dapat menyebabkan perubahan mood yang berlebihan. Peningkatan harga saham menimbulkan euphoria dan optimism, sementara penurunan harga menyebabkan kelesuan dan pesimisme. Pada saat mood yang berubah-ubah ini mulai mempengaruhi keputusan jual beli anda, segala hal yang buruk bisa terjadi.

4. Konsentrasikan Investasi Saham Anda
Kebanyakan pialang saham menyarankan investor untuk melakukan diversifikasi – yaitu memiliki saham dari banyak perusahaan berbeda secara sekaligus, sehingga jika saham tertentu jatuh, tidak akan menghancurkan seluruh portfolio yang anda miliki. Warren Buffet berpendapat lain. Kebijakan Buffett adalah mengkonsentrasikan sahamnya. Sering kali dia hanya memiliki beberapa saham dan menginvestasikan banyak uang dalam saham-saham itu. Jika anda telah menemukan saham yang tepat, mengapa hanya membeli sedikit? Buffett hanya membeli 5 – 10 perusahaan yang bagus dengan harga yang cocok dan beli sebanyak yang kita mampu di setiap perusahaan. Ketika Buffett benar-benar yakin dengan sebuah investasi, dia tidak akan ragu-ragu. Bahkan, dia akan menginvestasikan banyak uang di dalamnya.

Jadi, pada saat para pialang memaksa anda untuk mendiversifikasi investasi anda dan memperingatkan anda bahwa terlalu banyak harta yang dipertaruhkan dalam sedikit saham, ingatlah bahwa Warren Buffett saat ini emiliki kekayaan senilai 44 miliar dollar Karena dia memiliki 474.998 saham. Mengapa tidak menunggu sampai Anda mendapatkan perusahaan yang hebat dengan harga yang pas baru melakukan investasi besar di dalamnya?

5. Bersabarlah
Nah, sepertinya ini yang paling sulit dilakukan kebanyakan investor. Bersabarlah. Warren Buffett berpesan, berpikirlah untuk 10 tahun mendatang dan bukan untuk 10 menit ke depan. Pelaku transaksi harian (atau “swing traders”) suka melemparkan saham mereka setelah beberapa minggu atau bahkan dalam beberapa hari. Buffett mempertahankan saham selama beberapa tahun bahkan sampai beberapa dekade.

Perlu diingat bahwa pasar seringkali benar-benar bermusuhan dengan pihak yang suka keluar-masuk, dan cukup ramah terhadap pihak yang suka membeli dan mempertahankan. Kesabaran diperlukan untuk sukses dalam investasi nilai. Charlie Munger, partner bisnis Buffett selama bertahun-tahun, menyampaikan pandangan Buffett mengenai perlunya kesabaran dengan cara yang lebih langsung ke inti masalah: “Investasi adalah di mana Anda menemukan beberapa perusahaan yang bagus kemudian berdiam diri saja. Terlalu banyak tingkah dalam berinvestasi adalah sebuah kesalahan. Kesabaran adalah bagian dari permainan.”

Berikut latihan mental yang direkomendasikan oleh Buffett. Bayangkan, ketika anda membeli saham, bahwa keesokan harinya pasar ditutup untuk liburan selama lima tahun. Buffett berkata, dia tidak akan berpikir dua kali mengenai perubahan situasi tersebut, Karena dia hampir tidak pernah membeli saham dengan tujuan melemparkan lagi secepat itu. Tentu saja tidak mudah untuk bersabar, tetapi memiliki temperamen yang tepat merupakan komponen yang benar-benar penting dalam melakukan investasi nilai.


Terkejut dengan lima prinsip di atas? Demikian pula dengan Penulis. Lima hal di atas yang Penulis abaikan saat awal berinvestasi, yang menyebabkan Penulis sempat vakum di pasar saham selama satu tahun lebih. Pada awal berinvestasi, Penulis melakukan 5 kesalahan fatal dengan melakukan hal-hal yang berkebalikan dengan prinsip Warren Buffet di atas:
  1. Penulis justru mengikuti arus dan ikut melakukan panic selling ketika pasar turun sehingga cut loss menjadi hal yang sangat normal.
  2. Setiap keputusan jual dan beli didasarkan atas “rekomendasi” pialang saham, sehingga Penulis menjadi sangat aktif bertransaksi di bursa saham
  3. Ketagihan melihat ticker, rasanya ada yang kurang kalau belum melihat ticker. Lama-lama Penulis menjadi lesu dan stress sendiri saat pasar turun karena terlalu sering melihat ticker.
  4. Penulis sempat membeli saham sampai dengan lebih dari 20 saham dari berbagai sektor, yang akhirnya portfolio Penulis malah berantakan.
  5. Tidak sabaran. Penulis memegang satu saham biasanya 1 bulan paling lama. Kalau saham yang dipegang dalam waktu 1 bulan tidak naik-naik, biasanya langsung dibuang.


Catatan:
Penulis benar-benar tidak merekomendasikan Anda untuk melakukan 5 kesalahan yang Penulis lakukan di atas, tapi kalau mau coba supaya terpacu adrenalinnya, yaa silakan J


0 komentar:

Posting Komentar